img
Ternak Kerbau Di Desa Bernai Ternyata Kena Serangan Penyakit Septicemia Epizootika

SAROLANGUN - Puluhan ekor ternak kerbau di Desa Bernai, Kecamatan Sarolangun mendadak mati yang mengakibatkan para peternak setempat kewalahan dan mengalami kerugian yang jumlahnya cukup besar.

Mendapati laporan dari masyarakat, Penjabat Bupati Sarolangun Henrizal, S.Pt, MM langsung datang ke lokasi memantau kondisi ternak kerbau yang terkena serangan penyakit hewan tersebut.

Dari hasil penelusuran tersebut, diketahui ternak kerbau mati mendadak ini dikarenakan dampak serangan wabah penyakit Septicemia Epizootika atau penyakit ngorok (tagere).

Penyakit tersebut merupakan penyakit yang sering menyerang hewan/ternak ruminansia khususnya sapi dan kerbau yang sifatnya akut atau fatal, penyakit ini sering terjadi terutama saat musim hujan tiba.

” Ada laporan Di desa Bernai ada beberapa ekor ternak mati di Padang pengembalaan, saya langsung kontak kadis peternakan, dan pak camat, saya bilang coba cek di lapangan, dan saya langsung turun bersama petugas lapangan, sama dokter hewan memang ada beberapa ternak yang sudah mati kalau totalnya hampir 50 ekor,” kata Penjabat Bupati Henrizal, Selasa (27/12/2022) kepada awak media.

Henrizal menyebutkan untuk menangani kasus penemuan tersebut ternak kerbau yang masih hidup langsung diberikan tindakan Penyuntikan Vaksin, namun karena jumlahnya banyak pihaknya sudah melaporkan ke Dinas Peternakan Provinsi Jambi untuk membantu obat dan vaksin.

” Wabah penyakit SE ini sejenis bakteri kalau gejalanya itu ngorok, saya bilang segera dibuat laporan dan ditindak lanjuti dan memang ada beberapa ternak masih sempat di potong dan tadi kami menemukan ada yang masih sempat di potong. Jelas ini wabah, kalau lamban kita kendalikan akan mewabah ke tempat lain, maka dari itu tadi saya koordinasi ke dinas peternakan untuk dapat membantu obat,” katanya.

Henrizal juga menjelaskan bahwa wabah penyakit ini berbeda dengan penyakit sebelumnya yang menyerang ternak kerbau yakni penyakit Mulut dan Kuku (PMK), dan penyakit SE ini ada dua sistem organ tubuh yang diserang, yakni saluran tenggorokan dan saluran pencernaan.

” Kalau wabah ini ada dua saluran tenggorokan dia ngorok, dan saluran pencernaan dia kembung, tadi kita lihat yang terganggu pencernaan atau kembung sehinga menggangu saluran pernapasan dan sesak napas, kalau begitu ternak bisa down, kalau terserang itu mau tak mau harus di potong kalau masih sempat,” katanya.

Ia menjelaskan tentunya akibat kejadian peternak kerbau di desa Bernai mengalami kerugian yang cukup besar, jika satu ekor ternak menghasilkan Rp 15 juta, maka 50 ekor ternak bisa mencapai Rp 600 juta kerugian yang dialami peternak.

Selain itu, ia juga menghimbau kepada masyarakat khususnya peternak kerbau untuk melakukan pencegahan penyakit tersebut melakukan vaksinasi secara rutin dengan berkoordinasi petugas dokter hewan yang ada.

” Untuk segera dilaksanakan vaksinasi, ada vaksinasi SE, vaksinasi pmk, dan vaksinasi amtrax. Kalau rutin dilaksanakan insa Allah tidak masalah, jangan ketika ada kejadian baru. Penyakit inikan bakteri, yang sifatnya menyebar. Kalau ternak ini mati itu di kubur atau dibakar, dan jangan dibuang ke sungai, karena bisa saja nanti menyebar ke daerah lain,” katanya. (*)