Pesta Hak Perempuan dalam Memperingati International Woman's Day 2024
Mendengar perempuan kita sudah tidak asing lagi mengenai sifatnya yang lemah lembut dan penurut. Perempuan di pandang oleh mayoritas masyarakat selalu dijadikan orang yang nantinya akan dibebankan untuk mengurusi rumah tangga. Namun, hal ini menyebabkan perempuan selalu dipandang remeh karena mereka hanya dapat mengambil peran yang terbatas. Banyaknya permasalahan yang timbul menjadikan mereka merasa perlunya perjuangan untuk menuntut keadilan dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan.
Peringatan Hari Perempuan Internasional atau International Woman's Day tepatnya setiap tanggal 8 Maret menjadi momentum penting untuk kaum perempuan berjuang menyuarakan hak kesetaraan tanpa adanya diskriminasi. Hari yang menjadi hari perayaan bagi perempuan untuk bertindak lagi dalam memperjuangkan haknya. Perempuan berhak untuk menuntut kesetaraan serta mendapatkan perlindungan karena perempuan selalu dipandang rendah oleh masyarakat yang dianggap lemah dan tidak berdaya. Pandangan ini akhirnya menimbulkan banyak permasalahan yang dialami oleh perempuan seperti diskriminasi, patriarki, dan bahkan kekerasan seksual.
Permasalahan ini bukan hanya sekedar tantangan namun juga menjadi isu yang menentang Hak Asasi Manusia itu sendiri. Perempuan harus bertarung demi hak-hak nya atas pendidikan, kepemimpinan, serta perlindugan. Timbulah pertanyaan, apa yang harus dilakukan oleh mereka untuk memperjuangkan hak perempuan?
Tantangan dan Hambatan Perempuan
Perjalanan perempuan sering kali dipenuhi tantangan dan hambatan yang secara konstan menindaskan hak perempuan. Banyaknya isu-isu yang beredar menjadikan sorotan bagi perempuan bahwa mereka harus bangkit untuk menghadapi masalah yang diberikan. Melekatnya budaya patriarki yang menjadi sistem sosial bahwasanya laki-laki lebih dominan untuk memegang kekuasaan dalam peran masyarakat.
Tentu hal ini menjadikan perempuan bahwa mereka tidak mampu untuk setara dengan lelaki bahkan lebih. Perempuan selalu di cap untuk tidak boleh terlalu tinggi untuk sekolah, tidak boleh menjadi pemimpin, bahkan mereka di hambat untuk tidak boleh memiliki karir. Hal itu dianggap karena mereka berakhir hanya mengurusi dapur untuk rumah tangga. Setelah sekolah mereka disuruh untuk langsung menikah saja, dilarang untuk melanjutkan pendidikan bahkan mencari pekerjaan yang bisa saja menentukan masa depan yang lebih baik bagi mereka.
Hal ini dibuktikan dengan data dari Statistik Perguruan Tinggi menunjukkan hanya 1 dari 6 wanita yang memutuskan untuk lanjut ke tingkat sarjana. Selain itu, data Survei Angkatan Kerja Nasional pada Agustus 2018 menunjukkan kalau tingkat partisipasi angkatan kerja wanita baru mencapai 51,99 persen.
Keterwakilan perempuan dalam politik juga masih belum memenuhi rata-rata kuota 30%. Berdasarkan hasil Pemilu 2019, keterwakilan perempuan di Lembaga Legislatif Nasional (DPR-RI) berada pada angka 20,8% atau 120 anggota legislatif perempuan dari 575 anggota DPR RI . Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi mereka karena dibatasi untuk ikut dalam arena politik. Akibatnya banyak perempuan yang merasa tidak peduli untuk ikut terlibat karena dipengaruhi oleh stigma sosial itu sendiri, selain itu juga ada beberapa pandangan yang menegaskan bahwasanya laki-laki lebih kritis dan lebih kompeten untuk mengambil keputusan dibandingkan perempuan.
Kurangnya perlindungan bagi perempuan menjadi salah satu masalah utama yang masih marak terjadi sampai saat ini. Kekerasan seksual menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi para perempuan. Dalam data yang dipaparkan oleh Kemen-PPA kasus kekerasan seksual di Indonesia tahun 2024 sudah mencapai 3.500 dimana 79,9% korbannya adalah perempuan. Paling parahnya, kasus kekerasan seksual di Indonesia berakhir tanpa kepastian. Ini dibuktikan dengan data yang dipaparkan oleh Databoks, 57% korban mengaku tak ada penyelesaian kasus tersebut. Akibatnya, banyak perempuan yang menjadi trauma karena hak perlindungan yang mereka harapkan seakan-akan musnah karena tidak selesainya kasus yang mereka alami.
Permasalahan ini menjadi tantangan dan hambatan bagi perempuan dalam mengambil peran untuk berkontribusi. Banyaknya stigma serta kasus yang menimpa mereka telah merusak kesejahteraan mental mereka. Ini adalah masalah yang perlu ditindak lanjuti dan di perjuangkan karena perempuan juga adalah manusia yang memiliki hak untuk hidup, hak untuk berperan, serta hak perlindungan yang pantas. Sangat penting bagi kita semua untuk mengambil tindakan, melawan stigma, dan memperjuangkan hak-hak perempuan, karena perempuan juga manusia yang berhak atas kesetaraan, perlindungan, dan hak untuk hidup dengan martabat.
Perlawanan Feminisme Perempuan
Perjuangan harus selalu di gaungkan untuk mendapatkan hak kesetaraan yang diinginkan. Perempuan harus selalu berpartisipasi untuk menuntut hak keadilan yang setara. Perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak kesetaraan menjadi perlawanan mereka terhadap penindasan dan perampasan kesetaraan yang selalu menimpa mereka. Lalu apa yang perlu di gerak-kan?
Feminisme menjadi jembatan kesejahteraan bagi perempuan dengan menyerukan keadilan untuk mengakhiri penindasan gender, dan menggulingkan dominasi patriarki yang merusak. Ini bukan hanya tentang memperjuangkan hak-hak dasar seperti kepemimpinan, pendidikan, dan karier bagi perempuan, tetapi juga tentang mempersenjatai mereka dengan keberanian untuk menentang segala bentuk diskriminasi dan untuk memperoleh perlindungan yang layak.
Banyaknya permasalahan dan kasus yang tersebar dimana-mana, menimbulkan stigma yang buruk pula bagi perempuan. Seakan-akan perempuan dianggap lemah dan tak berdaya untuk menyetarakan kemampuan laki-laki. Perempuan dituntut untuk mengikuti pandangan masyarakat yang selalu menyoroti mereka. Perempuan akhirnya tidak memiliki ruang dan tempat yang nyaman untuk melanjutkan hidupnya. Bagaimana mungkin kita bisa memandang buruk perempuan, padahal mereka lah penghubung masa depan yang menghidupkan generasi baru dan berpotensi untuk meningkatkan derajat manusia.
Perempuan harus memiliki keberanian untuk bersuara, keberanian untuk merebut kembali hak kesetaraan yang ditindas, merangkul sesama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Dalam pasal 28 UUD 1945 menyatakan pula bahwa setiap warga negara memiliki hak asasi manusia, tidak hanya laki-laki namun juga perempuan. Mereka memiliki hak untuk pendidikan, hak untuk bekerja, dan hak untuk perlindungan. Namun mengapa masih banyak yang menindas mereka hingga merenggut hak yang mereka miliki?
Akses pendidikan yang di hambat karena perempuan dianggap hanya akan berakhir dengan pernikahan, peluang karir yang diredupkan karena perempuan terikat pada tugas rumah tangga, serta perlindungan buruk pada perempuan karena kasus yang menimpa mereka tidak ditindak lanjuti hingga tuntas. Jadikan gerakan kalian sebagai komitmen untuk perjuangan mendapatkan hak kesetaraan. Bersuaralah untuk menciptakan ruang hidup yang tidak ada rasa takut, aman dalam segala diskriminasi, serta kekerasan yang di bereskan hingga tuntas.
Pesta Hak Perempuan
Melihat tema yang di cetuskan pada hari ini adalah 'Inspire Inclusion' yang dimana perempuan harus mengaspirasi untuk menginspirasi menghargai inklusi perempuan. Kita mampu untuk menciptakan kesetaraan gender dan mendorong semua orang untuk mengenali perspektif unik dan kontribusi perempuan dalam semua lapisan masyarakat. Pesta ini tidak hanya ditujukan utuk perempuan, laki-laki pun harus turut ikut serta dalam pesta ini. Meriahkan pesta yang diberikan untuk melirik sejarah perjuangan perempuan mencapai hak kesetaraannya. Kisah mereka bukanlah milik seorang feminis, melainkan upaya kolektif kepada semua orang yang peduli terhadap hak asasi manusia.
Secara kolektif, siapa pun dapat berpartisipasi melalui aktivitas apa pun yang paling relevan dan berdampak bagi konteks mereka sendiri. Setiap orang di mana pun dapat memanfaatkan sejarah IWD yang telah berusia lebih dari satu abad untuk membantu menciptakan perubahan positif bagi perempuan dan anak perempuan. Sebab itu IWD bersifat inklusif, bukan eksklusif.
Pada pesta hari ini kita bisa melakukan begitu banyak hal untuk memeriahkannya. Banyaknya kampanya di sosial media bisa kita ikuti untuk menginspirasi orang untuk berkedampakan positif untuk meningkatkan kualitas hak kesetaraan gender. Beberapa pose yang di tunjukkan bisa kita gunakan untuk menunjukkan solidaritas untuk menghargai perbedaan. Kita bisa melibatkan perempuan berkesempatan untuk bersuara untuk peningkatan hak perlindungan bagi kaum perempuan yang selalu didiskriminasi.
Pesta ini bukanlah pesta untuk perayaan hak perempuan semata, tetapi untuk hak asasi manusia. Pesta hari ini bukan untuk menggaungkan perjuangan hanya dalam satu hari, namun berkesinambungan setiap hari nya. Pesta ini adalah refleksi bagi kita akan pentingnya kesetaraan gender, semua orang berhak untuk mendapatkan kesejahteraan yang sama. Akan ada tantangan dan hambatan yang akan datang kepada kita. Guncangan yang berpotensi untuk menghancurkan gender pasti akan kembali kepada kita. Namun, kita memiliki kendali untuk melawannya, kita harus merangkul sesama akan pentingnya isu gender dalam kehidupan sehari-hari.
Merayakan Hari Perempuan Internasional bukan hanya tentang mengucapkan kata-kata indah tentang kesetaraan, tetapi juga tentang bertindak nyata untuk mewujudkannya. Perempuan harus berani mengambil peran dalam memperjuangkan hak-hak mereka, mulai dari hak atas pendidikan hingga hak untuk menduduki posisi kepemimpinan. Perjuangan kita belum selesai, tapi perjuangan kita harus di tuntaskan. Rayakan pesta ini dengan meriah untuk mencetak sejarah baru yang akan mendatang. Selamat Hari Perempuan Internasional!
Sumber: Kompasiana / Rasya Raditya Hariana