Pemkab Sarolangun Gelar Workshop Kenduri Swarnabhumi, Festival Tradisi Junjung Pusako Asal Desa Tanjung Gagak
SAROLANGUN - Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) menggelar kegiatan Workshop Kenduri Swarnabhumi Festival Tradisi Junjung Pusako di Aula Dinas Pendidikan Sarolangun, Selasa (12/09/2023) di ruang Aula Disdikbud Sarolangun.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Penjabat Bupati Sarolangun Dr Ir Bachril Bakri, M.App, Sc, sekaligus membuka acara tersebut secara resmi dengan lancar.
Selain itu hadir juga Kadis Dikbud Sarolangun Drs H M Arsyad, SH, M.Pd.I, Sekretaris Disdikbud Sarolangun Zulhitmi, M.Pd.I, para Nara sumber, Jajaran Disdikbud Sarolangun dan peserta kegiatan dari berbagai lapisan masyarakat Sarolangun.
Kadis Dikbud Sarolangun Arsyad mengucapkan terima kasih atas kedatangan Penjabat Bupati Sarolangun dalam rangka kegiatan workshop Kenduri Swarnabhumi ini sebagai ajang festival dalam mensosialisasikan tradisi junjung Pusako yang menjadi salah satu adat dan budaya masyarakat Sarolangun yang ada di Desa Tanjung Gagak Kecamatan Bathin VIII.
” Adat dan budaya ini masih terjaga hingga saat ini, dan tahun 2023 ini Kenduri swarnabhumi, kita mengangkat tema festival tradisi junjung Pusako,” katanya.
Pj Bupati Sarolangun Bachril Bakri memberikan arahan
Sementara itu, Penjabat Bupati Sarolangun Bachril Bakri mengatakan bahwa kegiatan workshop ini sangat penting dilakukan dalam rangka persiapan kegiatan Kenduri Swarnabhumi yang akan dilaksanakan pada tanggal 23 September 2023 mendatang.
Hal itu sebagai bentuk untuk melestarikan adat dan budaya tradisi junjung Pusako yang ada di Desa Tanjung Gagak tersebut.
” Ini acara yang penting Dalam rangka untuk persiapan nanti acara besar, selama ini bagaimana tradisi ini bisa dipelajari dengan baik, mudah-mudahan pelaksanaan tradisi junjung Pusako yang akan dilakukan ini bisa dengan baik dan masyarakat bisa menerima dengan baik,” katanya.
Bachril Bakri juga menjelaskan Tradisi Junjung Pusako merupakan salah satu Rangkaian adat istiadat yang dilaksanakan setiap tanggal 12 rabiul awal setiap tahun, artinya dilakukan satu tahun sekali.
Pusako tersebut berisikan Tulisan kuno, tulisan tangan manusia, keris, bulu berukuran 20 centimeter yang bertuliskan tulisan kuno, Kain panjang.
” Semuanya dibungkus dengan kain dan Pusako tersebut dibuka dan diasapkan serta diberikan kembang tujuh warna. Setelah selesai dibungkus kembali dan di arak menuju tanah lapangan, dimana masyarakat sudah menunggu dengan istilah junjung Pusako. dan ini adalah tradisi adat dan budaya masih digunakan sampai saat ini, di desa tanjung gagak,” katanya.
Masyarakat setempat melaksanakan tradisi tersebut dalam rangka membersihkan alat-alat pusaka yang jumlahnya sebanyak 7 alat pusaka, seperti keris, tanduk, tabuh air minum dan tempat surat, kain batik irik-irik, batu Idak padi, jago padi, tempat rambut putri susu tunggal.
” Ada tujuh benda pusaka yang diritualkan, sebagai bentuk rasa syukur atas kerja yang dilakukan panen, dan berharap bercocok tanam di tahun yang akan datang semoga mendapatkan hasil yang baik,” katanya.
Foto bersama
Bachril Bakri juga menegaskan bahwa tradisi junjung Pusako ini banyak nilai dan makna yang terkandung di dalamnya dan menjadi warisan dan budaya turun menurun sejak lama.
Iapun mengapresiasi kegiatan workshop ini, dengan harapan agar kepada seluruh peserta dapat melestarikan adat dan budaya ini agar tidak lekang oleh waktu dan menjadi salah satu filter dalam menyaring dampak yang timbul dari globalisasi dan kemajuan tekhnologi.
” Serta menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Sarolangun khususnya desa tanjung gagak, Kecamatan Bathin VIII,” katanya. (*)